Dari segi kuantitas saat ini memang umat muslim memang banyak bahkan bisa dikatakan sebagai agama mayoritas. Terutama dibagian eropa diamana perlahan-lahan telah banyak yang menyatakan diri mereka telah memeluk islam sebagai agamanya. Namun di balik semakin banyaknya yang manganut islam masih lebih banyak pemuda islam yang dilihat dari segi kualitas pemahamn islam itu sendiri semakin menjauh. Terbukti dengan makin banyaknya kemaksiatan yang sudah terang-terangan oleh pemuda islam itu sendiri diklangan masyarakat..Namun dimanakah peran kita sebagi sosok pemuda islam. mungkin sedang sampai detik inipun masih dalam pertanyaan “Apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikkan izzah islam dan Berjaya hingga tegaknya daulah islam?”
Ya..peran pemuda saat ini dipertanyakan. Karena pemuda yang memiliki usia, semangat dan jiwa yang masih kuat membara dalam menggapai apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, mempunyai potensi yang luar biasa hebat. Sungguh Luar Biasa Allah menciptakan manusia yang dikarunia, potensi akal, fisik dan ruh. Lalu, bagaimana kita berterimakasih pada sang maha Pencipta atas karunianya itu. Memiliki peran apakah kita dalam penciptaaNya itu. Jika kembali kepada apa yang Allah perintahkan dalam Alqur’an:
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Qs.Adzzariat:56)
Kembali kepada pertanyaan kita, Bagaimana kita mengelola potensi yang dimiliki untuk beribadah kepadaNya?..pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang yang belum mengerti apa arti tujuan hidup sesungguhnya. Lagi-lagi kutermenung jika harus berfikir sungguh kita tak ada apa-apanya untuk itu semua. Namun Allah memberi kesempatan usia pada kita untuk belajar bagaimana kita beribadah padaNya. Tak ayal kita sebagai pemuda masih banyak yang belum paham dengan hakikat hidup ini. Masih sering melalaikan usia yang mungkin sampai saat ini belum setara dengan apa yang Allah berikan, waktu yang terbuang percuma, sibuk dengan hal-hal yang tak ada manfaatnya, jangankan untuk orang lain terkadang untuk diri sendiripun kita tak peduli. “Hidup santai aja kali, masih panjang, so mengalir aja seperti air” itu jawaban yang sering kita denger dari pemuda sekarang. Padahal air saja punya tujuan ke muara laut dan dalam menggapai tujuan itupun ia harus melewati bebatuan, ruang yang berkelok-kelok, arus tenang maupun deras. Begitupun hidup..Allah juga menciptakan ujian untuk hambaNya.
Dan pemuda adalah iron stock untuk itu semua. Kita tidak sendirian dalam menegakkannya panji Allah di bumiNya ini. Bersatu bersama menjadi “Agent of Change” dari yang buruk menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik untuk Allah dan RosulNya. Berbicara soal pemuda, terkadang diri ini berfikir ga sih…..fisik dan otak yang masih belia ini jarang sekali dimanfaatkan. Justru orang tualah terus banting tulang, melihat perjuangan mereka ketika muda.
Begitu banyak generasi muda Islam yang -seharusnya menjadi penggerak dakwah menuju kejayaan Islam- menjadikan dosa-dosa yang mereka lakukan sebagai alasan untuk meninggalkan lapangan dakwah. Padahal kemunduran mereka sama sekali tidak membuat keadaan dakwah ini menjadi lebih baik, tapi justru secara tidak langsung mereka telah menjadi “musuh” yang menghambat pergerakan dakwah dengan sikap apatis mereka.
Fenomena ini adalah sebuah kesalahan yang sangat diwaspadai. Jangan sampai semangat untuk beramar ma’ruf nahi munkar menjadi pudar hanya karena dosa dan kesalahan di masa lalu. Bukankah Allah SWT telah berfirman,
“Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. An-Nur: 21)
Maka, jangan sampai kita berhenti beramar ma’ruf nahi munkar dengan alasan kita adalah seorang pendosa. Abul Faraj Ibnul Juazi mengatakan, “Sungguh, Iblis telah berhasil membujuk rayu sebagian ahli ibadah. Dia melihat kemungkaran, tetapi tidak mengingkarinya dan tidak mencegahnya. Lalu orang tadi berkata, ‘Yang mencegah kemungkaran dan menyuruh kebaikan adalah orang yang sudah bagus dan baik. Sementara saya belum baik betul, bagaimana mungkin saya menyuruh orang lain?’ Hal ini adalah sebuah kesalahan, karena dia seharusnya (tetap) mencegah kemungkaran dan menyuruh kepada yang ma’ruf.”
Seorang lelaki pernah berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Apakah seseorang itu tetap bertahan terus sampai dia sempurna, kemudian baru menda'wahi manusia?”
Imam Ahmad menjawab, “Siapakah orang yang sempurna? Tetaplah berda'wah kepada manusia.”
Begitu pun dengan yang diwasiatkan Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah kepada Abul Qasim Al-Maghribi, “Bahwa seorang hamba pasti melakukan kesalahan dan dosa adalah sebuah kemestian yang ada pada seorang hamba. Namun dia harus meminta ampun kepada Allah, sehingga seseorang tidak beralasan (untuk tidak melakukan kebaikan), hanya karena ia telah berdosa”.
DR. A’idh al-Qarni, seorang ulama yang sangat besar perhatiannya terhadap da'wah dan generasi muda Islam saja pernah menemui seorang pelaku dosa dan memintanya agar aktif dalam lapangan da'wah pada Allah, agar dia ikut andil berceramah, ikut serta dalam beramar ma’ruf nahi munkar atau pengajian. Agar ia juga aktif memberikan kata-kata yang sejuk dan baik serta ikut dalam menasihati saudara-saudaranya. Beliau melakukan hal ini dengan sebuah alasan yang sangat baik, “karena setiap orang -walaupun pendosa sekalipun-, pantas dan berhak untuk berdakwah dan berceramah kepada manusia”. Tentunya sesuai dengan kapasitasnya.
Pertanyaannya, bukankah itu sama halnya dengan munafik?
“Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlaq yang baik”
Ya, setiap kita pernah berbuat kesalahan… Tapi sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat. Dan dakwah tentunya dapat menjadi sarana taubat terhadap dosa dan keburukan yang telah dikerjakan. Terakhir, sebelum mengakhiri catatan singkat ini marilah sama-sama kita renungkan sabda Rasulullah SAW dalam Shahih Muslim
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalau sekiranya kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan melenyapkan kamu. Kemudian Allah akan mendatangkan kaum selain kamu. Mereka berbuat dosa, dan mereka meminta ampun kepada Allah, lalu Allah mengampuni mereka.” (H.R. Muslim)
Ketika kita ingin berubah menjadi yang lebih baik untuk Robbnya..sesungguhnya ikhtiar dan tawakallah kepada Allah saat menhadapi ujian didalam da'wah..
wallohu'alam..........

Tidak ada komentar:
Posting Komentar